Kisah Inspiratif Anak Muda Desa Kita
Dinar 28 Mei 2020 17:38:10 WIB
Nuansa baru bagi penggemar tulisan fiksi dan non fiksi, pada kolom ini akan kita sampaikan kisah inspiratif dari saudara Adhy Santoso, anak muda padukuhan Blembem yang meniti prestasi dan berjuang seorang diri demi berjuang hidup dan menjadi kebanggaan keluarga. Redaksi sampaikan dalam dua penyampaian. Berikut kisahnya,
Kisahku Meraih Impianku
Nama saya Adhy Santoso. Saya bertempat tinggal di suatu desa yang letaknya di perbatasan antara Provinsi Yogyakarta dengan Jawa Tengah. Saya lahir dikeluarga yang bisa dikatakan kurang mampu dalam segi ekonomi. Saya memiliki cita-cita untuk menjadi Dosen. Perjalanan meraih mimpi saya bisa dibilang tidak mudah. Diwaktu saya lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya pernah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan karena tidak mempunyai biaya. Tetapi karena keinginan yang besar, akhirnya saya menetapkan visi untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Saya memiliki prinsip setiap ada niat pasti ada jalan. Dengan prinsip ini saya selalu yakin bahwa suatu perjuangan untuk meraih impian pasti akan selalu ada jalan. Doa dari kedua orang tua selalu saya harapkan. Berbakti dan menjaga kedua orang tua, itulah yang selalu saya usahakan.
Pada tahun 2010, saya melanjutkan pendidikan di SMA N 1 SEMIN. Mulai tahun ini saya belajar untuk mencari biaya sekolah sendiri. Setelah pulang sekolah, saya lanjut bekerja di pertambangan batu alam yang dekat dengan rumah. Setiap harinya saya mendapatkan uang Rp 10.000. Terlintas dipikiran saya, apakah cukup dengan uang Rp 300.000 per bulan. Membayar SPP, uang gedung, iuran, dan kebutuhan sekolah lainnya. Namun saya teringat, kedua orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk selalu bersyukur akan apa yang telah kita raih. Rasaya saya malu jika harus mengeluh apalagi dihadapan kedua orang tua saya. Alhasil dari penghasilan tersebut saya mampu membiayai sekolah dan uang saku saya. Bagaimanapun juga saya harus mampu menempuh pendidikan hingga selesai dengan biaya sekolah sendiri.
Pada saat memasuki kelas dua SMA, saya benar-benar merasakan menjadi orang yang bodoh. Saya mendapatkan peringkat 23 dari 24 siswa dan saya sangat malu pada saat itu, akhirnya saya memutuskan untuk menambah jam belajar. Pulang kerja yang biasanya saya langsung tidur, saya usahakan belajar meskipun hanya 30 sampai 40 menit saja. Pagi menjelang Sholat Subuh saya usahakan kembali untuk membaca buku. Kemudian pada semester dua, saya mendapatkan peringkat lima belas dan terus meningkat. Hal yang saya lewatkan di waktu SMA yaitu kurangnya waktu untuk bermain sama teman-teman karena setiap harinya sudah saya habiskan untuk belajar, sekolah, dan bekerja. Teman di sekolah mungkin hanya ada beberapa yang akrab. Saya terlalu cuek terkait pertemanan bahkan untuk bermain. Waktu saya hanya terbatas, saya tidak ingin membuang waktu saya dengan sia-sia.
Pada tahun 2013 saya lulus dari SMA N 1 SEMIN dan saya mencoba keberuntungan untuk mendaftar bidikmisi, yaitu beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi yang diadakan oleh Lembaga Pemerintah. Namun nasib baik belum berpihak kepada saya. Keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan di jenjang sarjana sangat besar tetapi kembali terkendala dengan biaya. Akhirnya saya memutuskan untuk bekerja selama satu tahun terlebih dahulu.
Saya kembali menempuh pendidikan pada tahun 2015 di salah satu perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Gunungkidul dan mengambil Jurusan Ekonomi Pembangunan. Saat menempuh pendidikan di kampus Universitas Gunungkidul saya juga sambil bekerja, saya bekerja disalah satu rumah makan catering di Sukoharjo dan di Jogja sebagai pencuci piring. Bekerja sebagai pencuci piring banyak pelajaran hidup yang dapat saya ambil dan saya berpikir ternyata di dunia ini banyak orang yang menyia- nyiakan makanan, karena saat saya mencuci piring masih banyak makanan yang tersisa. Bagaimana kalau mereka hidup seperti saya yang makan saja susah. Setiap sore pulang kuliah saya sering membeli nasi saja tanpa lauk di warung makan karena tidak ada uang. Semua itu saya lakukan agar tetap bisa kuliah. Selain itu saya juga sering menyamar menjadi pemulung dan pengemis untuk mencari pelajaran kehidupan. Hikmah yang bisa saya tangkap dari menyamar sebagai pemulung dan pengemis ialah saya selalu bersyukur terhadap kehidupan saya.
Disaat saya berbincang-bincang dengan salah satu pengemis, dia berkata, “Saya tidak pernah terpikirkan untuk membeli mobil dan rumah mewah, saya bisa makan setiap hari saja saya sudah bahagia”. Dari perkataan itu benar-benar membuat saya menangis, ternyata masih banyak orang yang kurang beruntung daripada saya. Selain itu saya mendapatkan pesan dari orang tua, pesannya adalah lakukan apapun yang dapat kamu lakukan, jangan melihat hasil materinya tetapi lakukan apapun yang dapat kamu lakukan yang bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain. Dari pesan itulah saya mengikuti berbagai organisasi sosial. Saya juga mendirikan komunitas pendidikan non-formal yang bernama Sahabat Pidjar. Dari komunitas ini saya dan rekan-rekan menyadarkan kepada lingkungan disekitar kami akan pentingnya sebuah pendidikan. Dan akhirnya saya mendapatkan penghargaan sebagai Pemuda Pelopor tingkat Kabupaten Gunungkidul dan tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Memasuki semester tujuh saya mendapatkan musibah. Bapak saya kecelakaan dan ibu saya sakit. Akhirnya saya memutuskan untuk merawat bapak dan ibu terlebih dahulu dan libur kuliah. Selain itu saya juga harus menganggantikan peran bapak dan ibu di dalam keluarga. Bertubi-tubi cobaan yang datang pada saya, tetapi saya selalu melawan rasa capek, malas dan sedih di setiap harinya dan selalu yakin terhadap prinsip awal yang saya pegang yaitu setiap ada niat pasti ada jalan. Dan tiga bulan akhir di semester tujuh saya mulai mengejar menyelesaikan skripsi. Saya hanya memohon kepada orang tua saya untuk tidak bosan-bosannya mendoakan saya. Karena doa dari kedua orang tualah yang akan mengantarkan saya ke dalam suatu kesuksesan.
Lulusan terbaik adalah suatu julukan yang sangat saya dambakan. Saya ingin membuktikan, meskipun saya lahir dari keluarga yang kurang mampu saya bisa meraih julukan tersebut. Tidak malu setiap saat saya menghubungi dosen pembimbing saya demi sebuah hasil yang memuaskan. Dosen tersebut yang selalu mendukung dan mensupport saya agar selalu yakin terhadap prinsip yang saya pegang. Beliau juga mengajarkan bagaimana untuk menjadi dosen dan selalu menyakinkan pada saya, bahwa saya mempunyai kemampuan untuk meraih impian itu. Antusias saya begitu tinggi karena proses belajar kesuksesan saya akan berakhir disaat itu dan terbuatlah skripsi yang penuh makna dan cerita dalam proses penyusunannya.
Tiba saatnya pengumuman hasil sidang. Saya tidak bisa percaya diri untuk menjadi mahasiswa terbaik karena nilai IPK saya semester awal kurang baik. Tetapi teman-teman saya selalu mendukung, selalu memberi semangat kepada saya. Rasa kecil hati saya tetap saja menyelimuti hati saya. Keesokan harinya saya mendapat kabar dari salah satu dosen saya, bahwa saya menjadi mahasiswa lulusan terbaik di Universitas Gunungkidul tahun 2019. Pada saat itu begitu bangganya kedua orang tua saya dan seluruh keluarga saya. Air mata menetes ketika saya melihat orang tua saya kembali tersenyum merekah. Ketika saya ke depan sebagai perwakilan mahasiswa untuk menyampaikan salam terima kasih kepada kampus Universitas Gunungkidul, tatapan mata saya hanya fokus kepada orang tua saya yang duduk tepat di hadapan saya. Terbayang ketika saya membangkang kepada orang tua saya, penyesalan hanya akan berada di lubuk hati bagian dalam. Tidak henti-hentinya saya mengucapkan maaf dan terima kasih kepada kedua orang tua saya.
.........Bersambung.......
Komentar atas Kisah Inspiratif Anak Muda Desa Kita
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- Cuaca Pengaruhi Omzet Usaha
- Pemerintah Kalurahan Candirejo Salurkan BLT DD Tahun 2024
- Penyaluran Bantuan Pangan CPP Alokasi Bulan Maret
- Persiapan Pemilahan SPPT PBB P-2 2024
- Penyerahan Akta Kematian di Padukuhan Candi
- Forum Aspirasi Keistimewaan Tahun 2026
- Malam Tirakatan Peringatan Hari Jadi ke 269 Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2024