Cerita Bersambung Dari Calon Pujangga dari Dukuh Sumber

Dinar 06 Mei 2020 20:04:19 WIB

Bagi pecinta sastra, pengelola Sistem Informasi Desa menyediakan kolom baru bagi warga yang memiliki potensi dibidang sastra. Berikut ini kami sampaikan satu karya dari Rina Yunitasari, Mahasiswi Padukuhan Sumber.

KISAHKU BERSAMA GURUKU

Karya: Rina Yunitasari

 

Perlahan kumenatap senja dengan sedikit kilauan mentari yang menyilaukaan mata namun elok dipandang. Ketika melihat itu, seakan keindahan dunia terbuka dan menyayat hati di kala mengenang masa-masa yang dilampaui sebelumnya. Bukan bermaksud untuk  mengenang, namun spontan hati nurani dan pikiran menyatu, ingin mengingat kembali bahkan untuk diulang. Entah masa yang suram, entah masa yang berseri-seri. Tersontak aku kaget ketika suara merdu adzan berkumandang yang seraya membangunkan lamunanku yang kurang berarti.

Duduk terdiam dan termenung di pojok kelas dengan pikiran kacau tatapan kosong menyendiri tidak mau untuk disanding. Itulah kebiasaanku, Mercy, seorang yang dikenal anak sibuk di kelas. Sejak usia sembilan tahun aku sudah mendapat goresan luka di hati. Benih-benih ketidakadilan dan amarah yang mulai menggeluti perasaanku. Aku lahir dari keluarga yang perekonomiannya sederhana. Rumah yang masih beralaskan tanah, dinding seng, jikalaupun hujan atap mengalir dengan derasnya. Meskipun sederhana, keluargaku cukup dan mampu untuk bertahan hidup. Dua  kakakku sudah menikah, satu bekerja dan belum menikah. Jeda umurku dengan kakakku ketiga, Eka, sangat dekat, sehingga aku sering mengeluh, curhat, main dan lebih terbuka dengannya. Keluh kesahku, suka dukaku, cerita unikku selalu kutorehkan padanya. Jeda umur yang tidak begitu jauh, mungkin penyebab aku lebih dekat dengannya.Ayah dan Ibuku lahir dari agama yang berbeda. Namun demikian, tidak bermasalah bagi keluargaku.

Sejak SD hingga SMP, aku selalu menemukan guru yang sudah kuanggap sebagai orang tua keduaku. Mereka kurasa juga merasakan hal yang sama denganku, memiliki hubungan yang berbeda dibandingkan dengan siswa lainnya. Pernah ada kejadian, aku sakit dan guruku selalu memberikan dorongan semangat dengan cara apa pun, Beliau meakukannya supaya aku punya semangat untuk sembuh.

Di kala itu sekolah sedang melaksanakan Ujian Sekolah, dan aku tidak bisa mengikutinya. Karena Bu Mulyani (Guru SD) mengajukan surat permohonan supaya aku bisa ikut susulan, alhasil pihak sekolah memberikanku kesempatan untuk mengikuti ujian susulan. Luar biasa bukan ?, Bu Mulyanilah yang selalu memberikanku dorongan semangat untuk terus mengejar cita-cita, setelah keluargaku. Memang tidak bisa aku pungkiri, kasih sayang Bu Mulyani sangat berharga bagiku. Lemah lembut suaranya, gemulai sikapnya, manis senyumnya, lembut belaiannya dan santai dalam mengajar. Tidak salah lagi jika banyak murid yang senang dengan Bu Mulyani.

SMP pun aku juga ada guru yang benar-benar kuanggap seperti ayahku. Aku selalu diberikan petuah untuk  memperbaiki hidup dan sikap .

bersambung...........

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Link Download

https://web.facebook.com/groups/1697917560469113/files/