Kelanjutan Cerpen Dinar Kameswara

Dinar 21 Mei 2020 19:02:47 WIB

Selang beberapa menit, sampailah Suwarsi di istana tercintanya. Ia buka pintu berbahan kayu tua yang mulai lapuk. Dilihatnya kakak tertidur pulas seperti menahan sakit atau kecapekan. Tak ingin mengganggu sang kakak, suwarsi kemudian mengambil baju-baju di atas meja lusuh depan dapur. Tangannya mulai sigap menyetrika satu demi satu, nampak bertumpuk pakaian yang harus ia kerjakan siang itu. Perhatiannya tiba-tiba jatuh pada kaos berwarna putih di bagian paling bawah. Nampak masih baru dan ada bagian yang membuat ia semakin penasaran. Ia ambil baju demi baju hingga kaos putih berukuran S ia dapati. Terheran dan penuh tanya Suwarsi ketika kaos putih itu tergambar logo salah satu tempat yang saat ini sedang ramai dikunjungi. Gambar sebuah telaga warna yang bertuliskan nama” Telaga Biru”. Gambar asli yang menampakkan sebuah air berwarna biru di tengaah pemandangan batuan alam. Suwarsi semakin terheran melihat bagian belakang kaos itu,ia balik dan terlihat gambar beberapa tempat wisata desa Candirejo yang saat ini sedang ramai dikunjungi. Ia mencoba sembunyikan rasa ingin tahunya mana kala melihat waktu semakin siang. “wah kaos ini bagus sekali, dapat dari mana ya,kok gambarnya tentang desaku?’,gumamnya sambil menyelesaikan pakaian yang disetrika.

            Jam berdetak pukul 15.00 sore, Suwarsi telah menyelesaikan tugasnya. Kaos yang ia temukan masih ia simpan sambil menunggu kakaknya terbangun. Ia rapikan kamar dan mulai memasak sebagai bahan makan nanti malam. Tiba-tiba ketika ia sedang memasak, punggungnya disentuh sang kakak,Nampak kaget sekali. ‘Si, kok tumben banget semua bagian rumah sudah kamu bersihkan dan baju sudah rapi?”, “iya kak, aku bentar lagi pergi ke Curug Bangunsari, bapak sudah mengizinkan. “Curug Bangunsari?”Tanya Tugiyati. “iya kak, tempat diperbatasan itu sekarang sedang ramai dikunjungi”. “o gitu ya, Pantas kamu rajin benar siang ini, eh kakak ada sesuatu buat kamu,sambil melangkah ke samping mencari sesuatu yang akan ia berikan pada adikknya.

Tampak Tugiyati kebingungan mencari sesuatu. “mencari ini ya kak?, sambil membawa sebuah kaos si adik bertanya.”eh kok kamu dah tahu yang ingin kakak berikan?iya itu kaos buatan kakak dan teman-teman karang taruna Desa Candirejo,bagus tidak? Itu hasil rancangan asli anak muda desa sini lho,harus bangga pokoknya melihat potensi desa kita mulai banyak diminati,jangan hanya melihat saja tetapi kita harus berdaya guna agar hasilnya sepenuhnya untuk masyarakat kita.”wah,kakak seperti anggota dewan saja”jawab Suwarsi sambil tersenyum.

            “Ada apa ini,kok kelihatannya seru sekali, sambil menaruh peralatan kerja sang bapak pulang. Sambil mengusap keringat, ia duduk dibangku depan meja yang telah disiapkan segelas teh hangat dan singkong rebus.” Pak ,kata kakak, desa kita sekarang banyak dibicarakan karena potensi wisatanya, aku ikut senang mendengarnya”, ucap anak gadisnya. “wah itu sudah bapak prediksi, kemarin pak Teguh,juragan bapak bilang kalau tempat galian di perbatasan sekarang menjadi telaga. Ramai pengunjungnya dan masyarakat sana sangat antusias. Selain itu ada juga curug baru di dusun sebelah lho nak, curug Banyu Ripan namanya. Itu juga bagus. semua itu menjadi tempat yang harus kita kelola dengan baik”, pak Wasino menambah penjelasan Tugiyati. Nampak sebagai keluarga dewan saja.

       

Tok tok,suara keras pintu tampak ada tamu yang datang. “Suwarsi,ayo berangkat sekarang”suara keras Anita,teman Suwarsi dari luar. Mendengar itu,suwarsi bergegas keluar dan merekapun memulai perjalanan indah sore menuju alam wisata Curug Bangunsari.

Sesampai di Curug,berderet sepeda motor di parkirkan, berjubel aneka jajanan para penjual,dan dinginnya embun buatan khas air terjun menyambut sepeda mereka. Senyum sumringah tak terbayangkan daerah perbatasan yang dahulu bahkan tidak terjamah kini terlihat mewah. Dari kejauhan terdengar riuh air berlomba turun menghibur pengunjung,menarik hati dan perasaan untuk sekedar berbasah-basahan. Tempat yang dulu terkesan angker ketika tragedi meninggalnya buruh pabrik batu. Masih terlihat bekas bangunan pabrik yang dirobohkan karena ada sesuatu yang konon mistis merasa terusik dengan penambangan. Kenangan-kenangan lama mengiringi nasib warga yang mengharap rupiah dari alamnya.

bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Link Download

https://web.facebook.com/groups/1697917560469113/files/