Lanjutan Kisah Selayang Pandang Candi Risan
Dinar 07 Mei 2021 18:58:14 WIB
Sejarah dan asal usul keberadaan Candi Risan memiliki beberapa versi yang kesemuanya itu diyakini kebenaranya. Berikut ini kisah cerita tentang Candi Risan dari beberapa sumber.
- 1. Versi Pertama
Istilah penamaan Candi Risan diambil dari ilmu kajian bahasa yang dibagi menjadi dua nama, yaitu Candi Risan dan Candi Irisan. Candi Risan merupakan letak perbatasan antara Yogyakarta dengan Surakarta, sedangkan Candi Irisan merupakan sebagian tanah yang diiris ke Mangkunegaran yang tepatnya berada di Surakarta. Wilayah yang termasuk Candi Risan antara lain Karangjoho, Jetis, Nguneng, Dungan dan Tegalgiri.
Kerajaan majapahit surakarta , yang menjadi raja yang saudara tua di yogya dan adiknya di kerajaan Surakarta
Berdasarkan catatan dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, Candi Risan berlatar belakang agama Buddha. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan Arca Awalokiteswara dan beberapa bagian bangunan yang bercorak agama Buddha. Arca Awalokiteswara merupakan emanah (pancaran), Amitabha (Buddha yang menempati arah mata angin sebelah Barat). Mudranya adalah Dhyani Mudra dan lambangnya adalah bunga teratai merah (padma). Oleh karenanya, arca Dhyani Buddha Amitabha selalu terlihat pada mahkotanya.
- Versi Kedua
Menurut salah satu sesepuh jawa zaman dahulu sejarah Candi risan berawal ketika seorang Raja yang sedang mengembara. Pengembaraan raja kemudian sampai pada suatu wilayah yang bernama Tanggulangin. Ketika ia merasa lapar, tanpa sengaja dia memakan sesuatu yang ada di sekitarnya. Melihat sang raja memakan sesuatu yang bukan miliknya di daerah itu, si pemilik kemudian menangkap sang raja. Sang raja pun merasa berdosa.
Ketika sang pangeran dalam pengembaraanya, ia bertemu wanita yang cantik. Sang pangeran itu pun mengikuti bayangan wanita cantik tersebut. Begitu cantik wanita itu membuat pangeran jatuh hati. Sosok perempuan yang membuat sang pangeran jatuh hati itu diyakini sebagai nyi roro kidul Sebagai bentuk kasih sayang kepada wanita tersebut, dibangunlah candi untuk mewujudkan rasa sayangnya.
Sesuai dengan cerita tersebut, terdapat sebuah Candi yang konon dinamakan sebagai Candi Risang. Risang adalah gambaran lelaki ganteng seperti di Arca yang sekarang disimpan di Balai Purbakala. Arca tersebut dipotong menjadi bentuk yang kurang sempurna.
Candi Risan dipercaya menjadi pintu masuk ke pantai selatan. Selain itu, dipercaya juga sebagai pusat kekuatan dunia lain di seluruh wilayah di sekitarnya. Sehingga banyak tempat didesa Candirejo yang mempunyai nilai mistis berujung di satu tempat, yakni di Candi Risang. Dengan demikian Candi Risang dianggap sebagai pusat kekuatan spritual dan nilai leluhur nenek moyang desa Candirejo.
Hingga saat ini cerita dibalik kemegahan Candi Risan begitu melekat di hati masyarakat sekitar. Mereka percaya kawasan Candi Risan penuh dengan nilai yang harus dijaga keutuhannya. Masyarakat percaya bahwa keberadaan Candi Risan dimulai sejak nenek moyang pertama kali mendiami wilayah sekitar Candi.
Dahulu kala, dusun Candi, desa Candirejo masih berupa hutan belantara. Candi yang telah berdiri tersebut kokoh belum terjamah oleh warga. Hingga akhirnya nenek moyang pertama yang mendiami wilayah sekitar candi mulai mengetahui dan masuk ke lokasi Candi. Candi itu diketahui warga penduduk masih utuh. Keutuhan bangunan Candi diliputi oleh semak belukar membuat hanya penduduk tertentu saja yang berani melewati kawasan Candi. Para penduduk pada saat itu menganggap lokasi Candi Risan begitu sakral dan penuh nuansa mistis, sehingga mereka takut dan tidak berani memasuki Candi Risan.
Candi Risan merupakan peninggalan budaya yang dijadikan sebagai pepunden sehingga sangat dihormati dan dijaga kelestariannya sampai saat ini oleh masyarakat. Menurut penuturan sesepuh Desa, Candi Risan memiliki misteri atau kejadian aneh. Salah satu misterinya yaitu ada masyarakat Dusun Candi yang mempunyai hajatan pernikahan. Saat itu jarak rumah dengan Candi Risan sangat dekat. Saat itu membuat tempat memasak air atau tungku (sebutan orang jawa dingkel/batu atau bata yang disusun) yang diambil dari batu Candi Risan. Saat digunakan air tersebut tidak bisa mendidih.
Konon katanya tidak ada yang boleh sembarangan masuk karena kawasan tersebut memiliki kekuatan yang luar biasa. Pernah terlihat seekor burung yang terbang melintas, selalu jatuh ketika melintasi Candi Risan. Bahkan Pada zaman penjajahan belanda, tidak ada yang berani ketika penjajah melintasi lokasi Candi baik melalui darat maupun udara.
Kepercayaan masyarakat sekitar juga meyakini bahwa dahulu pada jam 19.00-01.00 pernah ada api berjalan sejenis obor, jika obor itu berhenti pada salah satu rumah, maka paginya pasti ada warga yang meninggal, bahkan pernah 1 hari yang meninggal mencapai 10 orang. Anehnya warga yang meninggal bukan warga terdekat dengan Candi Risan. Warga sekitar meyakini Candi Risan lah yang melindungi mereka dari marabahaya.
Warga Candi sering menyebut dengan istilah mbah reco, mereka memanggil dengan sebutan itu karena begitu banyak arca besar yang berbentuk DEWI AWALLO KITESWARA(duwi tara) diyakini dewi tersebut adalah dewi penolong bagi umat budha. Hal ini menjadi dasar keyakinan mengapa keberadaan Candi mampu menjaga hubungan masyarakat sekitar.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- Cuaca Pengaruhi Omzet Usaha
- Pemerintah Kalurahan Candirejo Salurkan BLT DD Tahun 2024
- Penyaluran Bantuan Pangan CPP Alokasi Bulan Maret
- Persiapan Pemilahan SPPT PBB P-2 2024
- Penyerahan Akta Kematian di Padukuhan Candi
- Forum Aspirasi Keistimewaan Tahun 2026
- Malam Tirakatan Peringatan Hari Jadi ke 269 Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2024